Musibah terjadi dalam kehidupan keluarga Mei Guanghan yang tinggal di Tingpang, Provinsi Zhejiang, Cina. Ketika itu tahun 1990, Ren Chun’ai, istri Guanghan naik traktor untuk membeli makanan namun di perjalanan pulang ia mengalami kecelakaan, hingga koma.

Guanghan bukanlah pria kaya, sebaliknya ia sangat miskin. Maka untuk membayar biaya pengobatan dan perawatan istrinya pun membuat Guanghan kebingungan, sampai akhirnya ia harus pinjam uang demi memperoleh 67 juta Yuan atau sekitar Rp 123 juta. Tentu tak ada orang memiliki uang sebanyak itu di lingkungannya, sehingga Guanghan meminjam ke ratusan orang tetangga dengan janji akan dikembalikan suatu hari nanti.
Akhirnya Guanghan berhasil membayar seluruh biaya rumah sakit dan membawa istrinya kembali ke rumah, meski Chun’ai mengalami lumpuh dari pinggang ke bawah seumur hidupnya. Sejak itu Guanghan merawat istrinya, serta berusaha sedikit demi sedikit mencicil hutangnya pada para tetangga. 

Guanghan memenuhi janjinya, ia berhasil melunasi hutang meski membutuhkan waktu 24 tahun lamanya. Sang istri sangat terharu akan kegigihan Guanghan, bagi Guanghan sendiri Chun’ai adalah hidupnya yang harus ia perjuangkan dan janji adalah janji sehingga ia tak pernah meminta para tetangga untuk merelakan uang pinjamannya dianggap lunas. 

Kini sebuah buku kecil disimpan Guangham baik-baik, kelak ia akan memberikan kepada anaknya agar sang anak tak pernah lupa berterimakasih pada orang-orang baik yang menolong ibunya dulu. Dalam buku itu berisi catatan orang-orang yang meminjamkan uang pada Guanghan, termasuk catatan cicilan hutang yang dibayarkan Guanghan sampai akhirnya lunas.