Sepertinya simpel, harness dan collar tak ada bedanya. Sama-sama untuk mengajak anjing berjalan-jalan. Padahal kedua perlengkapan anjing tersebut dibuat untuk tujuan berbeda, bukan semata sebagai ‘pengikat’ anjing saat bersama pemiliknya.
Harness merupakan tali kekang dengan ‘kendali’ utama pada bagian bawah leher (dekat punggung) dan ‘menyelimuti’ tubuh anjing. Sementara collar adalah kalung anjing, bisa dikenakan tanpa tali atau dipasangkan tali dengan ‘kendali’ utama di bagiah atas leher (dekat kepala). Kedua perlengkapan tersebut sebenarnya aman digunakan sejauh sesuai dengan tujuan penggunaan, serta karakter serta kenyamanan anjing saat memakainya. Namun hingga kini masih banyak penyayang anjing memperdebatkannya.
HARNESS
Pro
- Alat pelatihan efektif, terutama untuk anak-anak anjing
- Sangat baik untuk anjing hidung pendek seperti pug, yang mempertaruhkan bola mata mereka menonjol dari soket jika terlalu banyak tekanan diletakkan di leher
- Memberikan kontrol yang lebih baik bagi anjing sehingga mereka enggan menarik dan melompat.
- Menjaga anjing tidak terganggu fokus
- Membantu anjing dengan masalah pernapasan dan cedera leher. Menurut Dr Ann Hohenhaus, menarik-narik anjing yang menggunakan collar akan memberi tekanan ekstra pada tenggorokan yang bisa memicu batuk parah pada anjing
Kontra
- Anjing justru sulit diatur karena tak merasa menggunakan tali kekang
- Anjing malah mengabaikan intruksi pemilik, menurut Dr Sophia Yin saat pemilik menarik tali harness justru anjing tidak merasa mendapat kontrol
COLLAR
Pro
- Baik untuk anjing, bahkan anak anjing karena nyaman tak ‘membungkus’ tubuh
- Memiliki banyak fungsi, seperti menyematkan nama, mengambil tindakan jika terjadi sesuatu, tak mengganggu anjing, bahkan Cesar Millan menyatakan tali leher mampu mendistorsi fokus anjing sehingga paham akan instruksi pemilik
Kontra
- Sulit untuk melatih dan mengontrol anjing saat melompat atau menarik tali
- Memberi risiko cedera leher.
- Memberi tekanan pada leher, telinga, juga mata sehingga bisa memicu gejala klinis lain seperti glaukoma (Journal of American Association Hospital 2006), bahkan dapat merusak kelenjar tiroid