Setiap pemilik anjing berharap anjing mereka terlahir menjadi anjing yang pintar. Kalau bisa terpintar di planet bumi ya? Hehe. Jelaslah semua “orang tua” akan berharap terbaik buat peliharaan mereka, namun berhati-hatilah dengan harapan, karena ternyata memiliki anjing pintar tak sepenuhnya menyenangkan bagi para pemelihara. Hal tersebut diungkapkan oleh Debby McMullen, seorang pelatih anjing dan pakar perilaku anjing dari Pennsylvania.

Sebelum menggulirkan harapan, sebaiknya pemilik introspeksi diri akan kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan si anjing pintar. Karena bila pemilik tak siap, malah membuat anjing depresi dan bermasalah. Kebutuhan para anjing pintar berbeda dengan anjing rata-rata, hal yang paling simpel adalah mereka akan cepat bosan dengan mainan, mereka membutuhkan tantangan baru. Otomatis pemilik harus responsif dengan hal tersebut, dengan kata lain anjing pintar akan hidup bahagia dengan pemilik yang juga cerdas.

Hasil gambar untuk smart dog training
smartdogcamp.com

Jody Haas, seorang pelatih anjing yang berbasis di Illinois, mengungkapkan hal serupa. Dimana para anjing cerdas “lapar” akan pelajaran. Pertanyaannya, jika semua yang diajarkan pemilik sudah mampu dikuasai oleh anjing secara cepat, lalu apa lagi yang akan diajarkan padanya? Sementara anjing cerdas tetap membutuhkan pelajaran untuk memuaskan kehidupan mereka.

Mengukur kecerdasan anjing tidaklah mudah, namun seperti halnya manusia, anjing pun memiliki tingkatan kecerdasan yang biasanya diukur dari kognisi anjing. Merriam Webster dalam kamus mendefinisikan kognisi sebagai kegiatan pemikiran, pemahaman, pembelajaran dan mengingat. Bila anjing memiliki tingkat maksimal akan fungsi kognitifnya maka dapat dikatakan bahwa anjing tersebut sangat cerdas. Bagi pemilik yang biasa-biasa saja, sebaiknya meminta bantuan pelatih anjing untuk mengimbangi kemampuan anjing agar mereka tetap dapat hidup bahagia dengan intelejensinya yang luar biasa.

smartdogcapture
embroiderytop.com