Bagi orang awam tentu berpikiran bahwa pemilik adalah boss bagi anjingnya, karena anjing adalah peliharaan. Tetapi bagi pemilik anjing, tanpa sadar justru mereka menjadikan anjing sebagai boss. Padahal kan seharusnya anggapan yang awam itu tuh yang benar, karena anjing memang membutuhkan pemimpin. Tapi apa daya, sering kali pemilik gagal menjadi pemimpin bagi anak kaki empat mereka yang begitu menggemaskan. Kegagalan itu ditandai dengan hal-hal berikut,
Anjing mengakuisisi rumah
Mungkin awalnya dilarang, tetapi karena anjing sering kali melanggar akhirnya diperbolehkan mereka naik ke sofa, duduk di kursi, masuk ke dapur, bermain dengan barang yang bukan mainannya, dll. Kalaupun memang memperbolehkan anjing melakukan hal-hal tersebut, mereka hanya boleh melakukan bila diijinkan. Bukan atas kehendak mereka sendiri.

Gagal mengelola waktu
Memelihara anjing sama dengan melatih kedisiplinan pemilik atas waktu. Namun sering kali pemilik jadi mengalah untuk mengorbankan waktu. Seperti mendahulukan makan anjing, sementara jam makan sendiri tidak teratur. Bermain bersama anjing lebih lama karena mereka belum mau berhenti bermain, baru tidur setelah anjing terlelap lebih dahulu, dll. Sehingga berakibat waktu pribadi menjadi acak-acakan, atau malah diri sendiri dan anjing tak terurus.
Sikap melunak pada anjing
Mata anjing dipercaya bisa menghipnotis seseorang untuk mengikuti kemauannya. Itu yang membuat pemilik akhirnya tak tegas dalam bersikap. Anjing boleh mengganggunya kapan saja, misalnya saat bekerja anjing minta dipangku, minta main, makanan, dll. Semua keinginan anjing diluluskan dalam porsi yang tidak semestinya.

Gagal mengelola keuangan
Memelihara anjing memang butuh tanggung jawab finansial, tetapi memenuhi kebutuhannya di luar batas kemampuan sama saja dengan membebani diri. Tidak harus menunggu kesanggupan finansial untuk memelihara anjing, tetapi pengelolaan finansial yang baik akan membuat anjing dan pemilik sama-sama sejahtera.
Kehilangan kehidupan sosial
Anjing adalah hewan sosial, namun sayangnya pemilik justru kehilangan nilai-nilai sosial. Seperti jarang sekali berkumpul bersama teman, jarang bertetangga, atau terlibat dalam kegiatan di luar rumah akibat anjing merengek tak mau ditinggal. Padahal anjing juga hewan yang mandiri lho, tak harus selalu ditemani. Hilangkan pikiran bahwa anjing akan kesepian atau sedih dengan melatih sikap kemandirian mereka, agar anjing tidak lagi rewel saat ditinggal.
Bersikap berlebihan
Berdalih demi membahagiakan anjing, maka pemilik membuatkan pesta untuknya, melimpahi banyak hadiah, memberi banyak mainan, pakaian, aksesoris, dan lain-lain. Padahal anjing tidak memahami segala sikap tersebut. Anjing adalah hewan sederhana, batang kayu pun bisa menjadi mainan mengasikkan bagi mereka. Anjing tak pernah ingin menjadi raja, tetapi pemilik yang secara tidak sengaja “merajakan” mereka.

Minim topik
Selain mengakuisisi rumah, secara tidak sadar anjing juga “mengakuisisi” kehidupan pemiliknya. Baik pikiran maupun perasaan. Akibatnya dunia menjadi sempit, hanya didominasi oleh topik anjing peliharaan. Foto-foto di ponsel, unggahan di media sosial, obrolan dengan teman, motif barang yang dimiliki, bagian kata kunci di internet, pokoknya semuuaaaa hanya mengacu pada satu topik, yakni anjing. Lainnya, hanyalah selingan. Pemilik gagal memperoleh keseimbangan hidup.
Tidak tenang saat berjauhan
Seolah wajar memiliki kekhawatiran terhadap anjing bila sedang berjauhan dengan mereka. Padahal tidak. Jika semua kebutuhan anjing tercukupi dan anjing terlatih dengan baik, maka tak perlu mencemaskan mereka akan menggonggong berlebihan sampai mengganggu tetangga, tidak akan merusak barang-barang, tidak berkelahi, tidak melakukan tindakan yang mencemaskan dan tindakan destruktif lainnya. Anjing sangat dapat dipercaya, bila pemilik sebagai pemimpin mampu menanamkan pemahaman yang baik pada mereka. Sehingga hati tetap tenang, meski sedang tidak bersama.
/dog-laying-in-front-of-suburban-house-519517073-5921f9733df78cf5fa9b382f.jpg)