Coba perhatikan bagian sisi telinga kucing, terdapat celah kan? Celah tersebut sering disebut “Henry’s Pocket” atau kantung marjinal. Selain kucing, kelelawar dan anjing juga memiliki celah yang sama. Namun hingga kini fungsi celah tersebut masih menjadi misteri. Selain menjadi indikator kebersihan telinga, karena area tersebut disukai parasit berkembang biak.

Tetapi ada pula teori lain seputar “Henry’s Pocket”, yakni guna meningkatkan pendengaran dari frekuensi tinggi yang dihasilkan oleh mangsa, dalam hal ini tikus. Dengan kemampuan meningkatkan pendengaran maka akan berpengaruh pada hidup kucing, dimana mereka mampu mendeteksi dan mendeteksi mangsa demi kelangsungan hidup.

Gelombang suara yang ditangkap oleh kucing akan masuk dan mengenai gendang telinga. Suara tersebut akan terpantul di sekitar telinga sebelum masuk ke dalam telinga untuk terdengar, kondisi tersebut membuat suara dapat memiliki distorsi. Sementara bagi hewan pemangsa seperti kucing, kejernihan suara sangat diperlukan untuk mendapatkan akurasi atas keberadaan mangsa mereka. “Henry’s Pocket” diyakini menjadi “penyaring” suara di frekuensi tertentu, dimana suara tak memantul di gendang telinga melainkan di daerah kantung marjinal tersebut. Sehingga suara dapat memasuki saluran gendang telinga secara langsung dengan lebih “bersih”.

Dengan teori tersebut keberadaan “Henry’s Pocket” membuat kucing mampu menangkap suara mangsanya dengan lebih jelas, meski terdapat suara lainnya. Suara mangsa kucing tertangkap dalam frekuensi berbeda dan berada di “atas” suara lainnya. Kucing mampu mendeteksi keberadaan mangsa, hingga mengetahui titik lokasi tanpa perlu melihat mangsa secara kasat mata. Luar biasa bukan?

Meski teori tentang “Henry’s Pocket” masih menjadi bahan penelitiaan saat ini, namun setidaknya cukup dapat menjawab rasa penasaran para pemerhati kucing atas celah di telinga yang dimiliki kucing.