Cukup sering bukan mendapati anjing melolong ketika mendengar suara adzan berkumandang lewat pengeras suara masjid? Beragam asumsi yang berkembang di kalangan masyarakat, sampai ada yang beranggapan anjing takut mendengar adzan atau bahkan anjing melihat hantu. Padahal jika dicermati anjing tidak pernah bersembunyi saat mendengar adzan, bukan? Artinya adzan bukanlah sesuatu yang mereka takutkan.
Bila dicermati lagi, gestur anjing justru cenderung menuju ke arah suara lalu melolong seolah menyamakan frekuensi. Suara adzan tak ubahnya seperti anjing mendengar suara sirine mobil yang bernada nyaring tanpa jeda, juga suara anjing lain yang melolong dari kejauhan. Anjing cenderung akan menyambut suara, bukan malah menjauhi.
Anjing adalah hewan sosial, dan lolongan merupakan satu dari banyak cara anjing berkomunikasi dengan kalangan mereka. Di masa lalu, serigala-nenek moyang anjing melolong setelah selesai berburu untuk memberi tahu kawanannya bahwa ia akan pulang, atau meminta petunjuk arah pulang. Maka lolongan tersebut akan disambut oleh kawanannya dengan lolongan juga. Kawanan anjing akan selalu merespon lolongan, setidaknya untuk menyatakan keberadaan mereka.
Suara adzan atau sirine yang nyaring diasosiasikan anjing seperti sebuah lolongan, itulah sebabnya mereka merespon dengan lolongan. Sementara manusia mengasumsikan hal itu sebagai ketakutan anjing. Manusia baru menganggap lolongan sebagai bentuk komunikasi antar anjing apabila terdengar anjing lain melolong terlebih dahulu.
Ajarkan anjing untuk membedakan jenis suara, sehingga mereka tak dianggap mengganggu lingkungan apabila adzan berkumandang. Alihkan perhatian mereka saat menjelang adzan dengan makanan atau mainan, agar anjing tak menyambut suara adzan sebagai sesuatu yang harus direspon. Bila kebiasaan tersebut dilakukan terus menerus, anjing akan tahu untuk tidak “menimpali” suara adzan atau suara lainnya yang memang tak membutuhkan respon.
